News Update :
Home » , , » 5 Pemimpin Legendaris Tetapi Ateis

5 Pemimpin Legendaris Tetapi Ateis

Penulis : Unknown on Minggu, 23 Desember 2012 | 08.06

Ateis merupakan pemikiran berdasarkan ilmu pengetahuan dan rasionalitas. Faham ini lebih menitik beratkan penghargaan pada manusia itu sendiri. Bagi mereka, Tuhan tidak ada sebab bukan merupakan benda berwujud atau non-material. Mereka hanya percaya pada hal mereka lihat dan saksikan sendiri sehingga mereka bisa menyatakan itu ada.

Bukan hanya orang biasa, banyak pemimpin legendaris ternyata tidak percaya Tuhan. Ada yang kejam seperti Pol Pot membunuh ribuan orang. Dia tidak peduli tindakannya itu bakal menghadapi pengadilan Tuhan kelak. Namun ada pula berpikir menjadi ateis satu-satunya cara menghargai sesama manusia. Seperti pikiran pemenang Nobel Perdamaian 1995, Yitzhak Rabin. Dia bilang percuma percaya Tuhan jika masih ada rasa benci dan tidak berkelakukan baik pada manusia lain.

Dilansir dari situs celebatheist.com, ini dia lima pemimpin legendaris namun ateis. Siapa saja mereka? Berikut ulasannya.

1. Mao Zedong
Pemimpin Revolusi Komunis China Mao Zedong lahir pada 1893 disebut-sebut tidak mempercayai adanya Tuhan atau ateis. Ini berkaitan dengan faham dianutnya. Komunis.

Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya.

Nyatanya Mao malah menerapkan pemikirannya yakni Maoism, dianggap aliran agama baru bagi pengikut diktator China itu. Meski ateis, namun sejumlah puisi ciptaan dia malah bercerita soal surga, dewa-dewi, roh, dan lain-lain dianggap tidak punya bentuk dan tidak ada kebenaran materi.


2. Jawaharlal Nehru
Jawaharlal Nehru merupakan perdana menteri pertama dan terlama memimpin India. Nehru lahir pada 1889 dan dikenal ateis selalu mengkritik agama.

Beberapa kali dia mengatakan setiap keterangan tentang Tuhan dan sifatNya tidak masuk akal. Dia percaya segala sesuatu terjadi sebab adanya kekuatan dan harapan dari dalam diri. "Saya telah bergantung dan tumbuh sepenuhnya dari cara kerja pikiran dan saya tidak melihat ada hal lain mencampurinya," ujar Nehru.

Nehru meyakini agama itu hal mistis dan samar. Mempunyai agama sama seperti menyerahkan hidup pada lautan untuk diseret ombak tanpa tujuan jelas.


3. David Ben Gurion
David Ben Gurion lahir pada 1886. Dia besar tanpa ajaran agama dan Tuhan. Di masa muda dia mengatakan seorang ateis. Namun beranjak dewasa dia punya gairah pada ajaran Yahudi.

Dia tekun mempelajari agama Zionis dan menemukan Yahwe, sebutan Tuhan di Yahudi, punya kekuasaan sangat lebih terutama pada bangsa Israel. "Tanpa Yahwe tidak mungkin berdiri negara ini," kata Gurion yang juga pernah memimpin perjuangan untuk kemerdekaan Negara Bintang Daud itu. Dia dinobatkan sebagai salah satu bapak pendiri Israel.


4. Pol Pot
Pol Pot pemimpin Partai Komunis Kamboja dan punya latar belakang bersekolah di sekolahan umat Buddha dan melanjutkan pendidikan di yayasan Katolik. Dia selalu mengenalkan diri penganut Buddha Theravada.
Namun Pangeran Narodom Sihanouk pernah memerintah Kamboja mengatakan, Pol Pot mengaku seorang ateis. Dia tidak percaya Tuhan tapi selalu berbicara soal surga, takdir, dan percaya dia harus memimpin Kamboja. Hingga akhir hayatnya, masih misteri apakah Pol Pot percaya Sang Kuasa atau tidak.

5. Yithzak Rabin
Yhitzak Rabin seorang politisi Israel lahir pada 1922. Dia pernah menjabat perdana menteri dua kepemimpinan berturut-turut.
Dia satu-satunya pemimpin Israel mau mendengarkan pihak di luar negaranya untuk berunding dan menengahi konflik antara Negeri Bintang Daud dengan Palestina. Akhirnya tercapailah kesepakatan Oslo merundingkan wilayah kedua negara. Rabin menanda tangani itu bersama Pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat, saat itu menjabat.
Keputudan Rabin duduk satu meja dengan pihak dianggap musuh banyak ditentang. Tapi Rabin tidak bergeming. Dia malah menyatakan, percuma percaya Tuhan jika tidak berkelakuan baik pada manusia lain. Rabin juga jarang memperingati hari-hari besar Yahudi. Sebab kalimatnya itu dia diganjar nobel perdamaian pada 1994.

Sumber : jurukunci.net





Share this article :
 
Design Template by Mas Kentir | Support by creating website | Powered by Blogger