Sabtu, 03 Maret 2012

Lemo, Kuburan Unik Dalam Dinding Tebing




Kuburan alami memang sudah lumrah dan mudah ditemui di Toraja. Selain Buntu Pune, Ke’te’ Kesu’, dan Londa yang sudah saya kunjungi sebelumnya, di Toraja masih ada Lemo yang juga merupakan kuburan alami. Untuk menemukan Lemo juga tidak sulit. Papan nama menuju Lemo dapat dengan mudah ditemukan di jalan poros Rantepao-Makale. Objek wisata yang satu ini sudah cukup berkembang. Banyak turis asing maupun lokal yang terlihat di Lemo. Hal ini terjadi karena jalan menuju Lemo sudah bagus dan lokasinya tidak jauh dari jalan utama.

Begitu memasuki area Lemo akan terlihat deretan beberapa toko souvenir. Memang tidak banyak toko souvenir yang ada di Lemo, tapi souvenir yang dijual cukup lengkap kok. Untuk masuk ke objek wisata ini harus membayar tiket sebesar 5.000 untuk wisatawan lokal. Harga yang lebih mahal akan dikenakan kepada turis asing. Menurut saya harga ini bukanlah harga yang mahal untuk melihat keunikan Toraja. Iya nggak?



Meskipun sama-sama kuburan batu, antara Lemo dan Londa memiliki konsep yang cukup berbeda. Di Londa, erong (peti-peti mati) diletakkan dengan cara digantung pada dinding tebing. Tapi tidak sedikit juga erong yang diletakkan di dalam goa. Di Lemo Anda tidak akan menemukan hal tersebut. Erong yang ada di Lemo diletakkan dalam dinding tebing yang sudah dipahat. Jadi dinding bukit atau tebing dipahat terlebih dahulu sebesar peti, barulah kemudian peti dimasukkan ke dalam pahatan tersebut. Yang bikin terkagum-kagum adalah bagaimana masyarakat Toraja memahat dinding tebing yang tinggi itu sekaligus membuat pahatan yang begitu besar seukuran peti mati. Luar biasaaa!! Masing-masing pahatan yang sudah diisi erong akan ditutup dengan pintu yang terbuat dari kayu atau bambu. Ada pintu yang sudah terlihat tua, namun ada juga yang masih cukup baru. Di sebuah pintu terdapat salib yang bertuliskan 25-02-2009. Ini berarti ada mayat yang baru dikuburkan disini selama tiga tahun. Secara keseluruhan ada lebih dari 70 lubang pahatan yang ada di Lemo. Tapi yang pasti di Lemo tidak ada kesan menyeramkan seperti halnya di Londa yang banyak tengkorak dan tulang-belulang berserakan. Di Lemo peletakan erong lebih rapi karena berada di dalam pahatan lubang tebing.

Hal lain yang membuat cantik Lemo adalah adanya deretan Tau-Tau yang diletakkan dekat lubang-lubang pahatan tadi. Tau-Tau ini sebagai manifestasi orang yang ada di dalam lubang yang telah meninggal. Namun tidak semua orang bisa dibuatkan Tau-Tau. Hanya kalangan bangsawan saya yang biasanya dibuatkan Tau-Tau mengingat uang yang dikeluarkan untuk membuat Tau-Tau juga tidak sedikit. Di depan tebing ini juga ada beberapa keranda mayat yang berbentuk tongkonan. Seperti biasanya, yang menggunakan keranda berbentuk tongkonan biasanya juga merupakan kalangan bangsawan saja. Selain melihat kuburan, di Lemo terdapat hamparan sawah yang luas. Cukup asik juga lho pemandangannya.









Kalau sudah cukup puas melihat kuburan, silahkan membeli souvenir yang dijual oleh pedagang-pedangan disana. Harganya cukup murah juga kok dibandingkan dengan yang dijual di Pasar Rantepao. Jangan lupa juga melihat tongkonan yang berusia tua tidak jauh dari parkiran. Sewaktu saya melihat tongkonan tua ini ada seorang bapak-apak mendatangi saya. Beliau mengatakan hari itu sedang ada pesta kematian di daerah yang saya lupa namanya. Sudah menjadi hal umum jika ada orang yang mati di Toraja akan dilakukan pesta kematian. Dalam pesta ini biasanya diadakan pemotongan kerbau yang jumlahnya terkadang cukup fantastis, bisa puluhan bahkan ratusan tergantung dari kekuatan finansial keluarga. Setelah pesta berakhir barulah mayat bisa dikuburkan. Pesta kematian ini biasa disebut Rambu Solo. Nah si bapak tadi menawarkan jasa mengantarkan saya ke acara Rambu Solo jika saya mau. Jujur saya sangat tertarik dengan ajakan bapak tadi. Sayang waktunya sudah agak sore, sedangkan saya juga tidak ada rencana menginap di Toraja. Ditambah lagi lokasi Rambu Solo berada di daerah yang cukup terpencil dan jauh dari Rantepao membuat kemungkinan untuk melihat acara tersebut semakin kecil. Dengan berat hati saya menolak tawaran si bapak tadi sambil kemudian melanjutkan jalan-jalan saya keliling Toraja ke objek wisata berikutnya.
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar