Minggu, 21 April 2013

5 Ahli Paling Dicari di Indonesia

Tenaga kerja terdidik semakin dicari di Indonesia. Terbukti, dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pekerja terampil dengan pendidikan tinggi meningkat, dari 8,8 juta orang (8,04 persen) pada Agustus 2011 menjadi 10,0 juta orang (8,98 persen) pada Agustus 2012.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) memprediksi permintaan tenaga kerja terampil Tanah Air bakal terus meningkat, terutama saat ASEAN Economic Community resmi dilansir dua tahun mendatang.

Nantinya, akan ada sertifikasi keterampilan kerja tingkat regional sehingga tenaga kerja terdidik bisa mencari pekerjaan di seluruh negara anggota ASEAN.

Sebelum masa itu tiba, tenaga kerja terampil, terutama mereka yang menempuh pendidikan sekolah menengah kejuruan, diploma, dan strata satu, harus meningkatkan kemampuan teknisnya.

Tentu hal ini mendorong perlunya kepandaian memilah keterampilan kerja apa saja yang banyak diserap oleh lapangan di masa mendatang agar pengalaman kerja bisa diperoleh lebih cepat.

Direktur Jenderal Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas Kemenakertrans Abdul Wahab Bangkona saat diwawancarai merdeka.com di ajang ASEAN Skills Competition di Jakarta Convention Center, Senayan, Jumat (16/11), menyatakan ada 22 jenis bidang kerja yang cukup populer di Indonesia.

Dari puluhan jenis itu, masih dapat disaring lagi lima bidang keterampilan yang permintaan tenaga kerjanya akan sangat tinggi hingga beberapa tahun ke depan.

Berikut lima keterampilan kerja paling dicari di Tanah Air versi Kemenakertrans:

1. Ahli konstruksi

Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenakertrans Abdul Wahab Bangkona menyatakan pekerja terampil yang mendesak dibutuhkan industri dalam negeri adalah mereka yang memiliki kemampuan di bidang konstruksi. Dia beralasan Indonesia masih dalam fase pembangunan, sehingga akan selalu ada proyek infrastruktur di seluruh Tanah Air.

Dengan rencana anggaran mencapai Rp 200 triliun pada APBN-P tahun depan, sektor pembangunan infrastruktur masih menjadi primadona dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Sehingga Abdul Wahab menyarankan generasi muda menggeluti dan memperdalam keterampilan di bidang konstruksi.

“Tenaga kerja terampil kita di Indonesia dari sisi pembiayaan itu terbesar terserap ke infrastruktur. Keterampilan tiling (konstruksi dinding dan lantai), cabinet filing (produksi lemari), bricklaying (penyusunan batu bata), serta kelistrikan, itu semua terpakai di sektor infrastruktur,” ungkapnya.
2. Ahli rekayasa perangkat lunak

Di urutan kedua, Abdul Wahab menyoroti kebutuhan tenaga kerja terampil yang sangat tinggi di bidang teknologi informasi (TI). Terutama pekerja yang mampu membuat perangkat lunak bisnis dan administrasi.

“Bidang TI ini juga menguasai perkantoran sekarang. Semua kantor sekarang dikelola TI, mulai dari perbankan, kantor pemerintah, kantor swasta, semua berbasis TI. Sehingga pekerja terampil di sektor ini masih akan sangat dibutuhkan, bahkan di level Asia Tenggara,” paparnya.

Dari Catatan BPS, Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi yang di dalamnya meliputi jumlah tenaga kerja TI, menyerap 80.000 orang dari Januari sampai Agustus 2012. Angka itu bakal meningkat karena banyak pekerja TI masih dikategorikan bekerja di sektor non-formal dan tidak tercatat dalam sensus BPS.

3. Ahli komputerisasi industri

Meski proporsi serapan tenaga kerjanya belum terlalu besar, namun kebutuhan di bidang otomatisasi industri atau ahli komputerisasi industri, akan semakin meningkat beberapa tahun ke depan.

Karena itu, Abdul Wahab tidak segan mendorong pelajar mendalami bidang keilmuan mekatronika. Rupanya tidak hanya belajar soal robot, ilmu ini merancang hampir seluruh teknologi yang dapat menggantikan pekerjaan tenaga kerja manusia, seperti lengan buatan untuk pabrik otomotif sampai mesin ATM.

“Otomatisasi industri itu teknologi masa depan, contohnya sekarang jalan tol tidak pakai uang tunai lagi (untuk membayarnya). Akan banyak industri menerapkan sistem seperti itu,” ujar Abdul Wahab memprediksi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sepanjang tahun ini, sektor industri dalam negeri menyerap 830.000 pekerja baru.

4. Jasa perhotelan

BPS mencatat tingkat hunian hotel dari 20 provinsi di Indonesia per September 2012 mencapai 52,96 persen, meningkat 1,21 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sepanjang tahun ini juga tumbuh 1,79 persen.

Jumlah itu bakal terus meningkat di masa mendatang lantaran pemerintah sedang menggalakkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan baru. Bisa dibilang tenaga perhotelan, mulai dari tenaga teknis pelayanan kamar sampai juru masak sedang tinggi permintaannya dalam beberapa waktu ke depan.

Abdul Wahab mengaku peningkatan sumber daya manusia di bidang jasa, terutama perhotelan sedang menjadi fokus Kemenakertrans. Itu sebabnya pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan industri di luar negeri untuk memberi pelatihan tenaga kerja asal Tanah Air agar memiliki pengetahuan mengenai standar kerja dunia perhotelan.

“(Keterampilan perhotelan) memang unggulan, baik untuk pemenuhan pasar domestik maupun dunia. Kita beberapa kali kirim anak-anak (SMK) ke hotel-hotel di Australia, intensif training selama empat bulan, mereka bisa memenuhi standar kerja luar negeri,” ungkapnya.

Kebutuhan tenaga kerja dengan keterampilan perhotelan nantinya tidak akan terkonsentrasi di Pulau Jawa. Terbukti dari data BPS, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) tertinggi tahun ini terdapat di Jambi dengan 11,77 poin, Kalimantan Timur 9,64 poin, dan Kalimantan Barat 7,61 poin.

5. Ahli pengolahan ikan

Sektor industri pengolahan, meliputi sektor perikanan, pada triwulan III 2012 menyumbang Rp 506,6 triliun, mencapai 23,87 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Abdul Wahab, bidang pengolahan produk nilai tambah perikanan berpotensi menyerap tenaga kerja terdidik.Â

“Potensinya besar, karena untuk mencukupi kebutuhan pasar domestik saja sudah memadai untuk menghidupkan industri pengolahan ikan tanah air,” ujarnya.

Keterampilan teknis di bidang pengolahan ikan misalnya membuat produk bernilai tambah dengan bahan ikan, seperti terasi atau ikan kalengan. Namun Abdul Wahab mengakui kelemahan industri perikanan adalah belum optimalnya dukungan pemerintah memasarkan produk hasil laut bernilai tambah, terutama produksi Luar Jawa.

“Resources kita melimpah untuk tenaga terampil, namun sektor perikanan ini belum tergarap memang. Di luar Jawa output dari industri pengolahan harus dipasarkan dengan bantuan pemerintah,” paparnya.

Sumber : okeone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar