Minggu, 16 Desember 2012

Perang Ideologi di Balik Lahirnya Mecca Cola

 Coca Cola sangat kuat medominasi pasar dunia. Minuman berkarbonasi asli kelahiran Amerika Serikat (AS) itu sudah merajai dunia. Namanya terpampang di mana-mana, dan iklannya pun diputar di mayoritas media di dunia ini. Bisa dikatakan, kerajaan bisnis produk yang satu ini sudah sangat sulit untuk digoyahkan merek lain.

Namun rupanya, dominasi yang sangat kuat ini merangsang orang untuk mencobanya bersaing. Banyak merek minuman kemudian dibuat oleh para pelaku usaha untuk bisa berebut ceruk pasar minuman. Sebagian mereka juga ingin merambah pasar yang selama ini sudah dikuasai Coca Cola beserta produk-produk derivatifnya.

Kebanyakan perlawanan terhadap dominasi Coca Cola dijalankan untuk kepentingan bisnis semata. Para pesaing ingin bisa mendapatkan keuntungan besar seperti keuntungan yang diraup Coca Cola Company. Sementara ini, upaya para pesaing itu belum berhasil mengungguli produk Coca Cola grup yang sudah terebar ke mana-mana.

Di antara hiruk-pikuk persaingan bermotif bisnis itu, rupanya ada semangat ideologis untuk menandingi Coca Cola. Seorang pengusaha asal Prancis keturunan Arab, Tawfik Mathlouthi mengembangkan produk pesaing Coca Cola bernama Mecca Cola. Minuman berkarbonasi ini pertama kali diluncurkan di Prancis pada November 2002.

Bisnis ini tercetus setelah Amerika mengarahkan semangat peperangan melawan teroris globalnya ke dunia Islam. Ini kemudian menjadikan beberapa negara berpenduduk Muslim membuat gerakan perlawanan dengan memboikot produk-produk Amerika. Coca Cola menjadi simbol produk Amerika yang paling depan diboikot, meski tidak berhasil.

Di tengah euphoria pemboikotan itu, seperti ditulis beveragehistory.com, Tawfik berusaha melarang anaknya yang saat itu berusia 10 tahun untuk tidak mengonsumsi produk Coca Cola Company. Namun dia kemudian berpikir bahwa larangan itu sulit ditegakkan kalau tidak ada produk alternatif yang bisa menggantikannya. Maka dari situlah kemudian tercetus ide untuk membuat minuman serupa dan diberi nama Mecca Cola.

Mecca atau dalam bahasa Indonesia disebut Makkah adalah kota yang sangat disucikan oleh umat Islam. Nama ini diambil untuk menguatkan pesan bahwa ada semangat ideologis di balik bisnis tersebut. Tawfik juga secara terang-terangan membuat iklan untuk produknya itu dengan semangat peperangan melawan Barat yang memang saat itu menyerang Irak dan Afghanistan.

Upaya ini membawa hasil menggembirakan. Kira-kira tiga bulan setelah diluncurkan, produk ini bisa terjual hingga 2 juta botol berukuran 1,5 liter di seluruh dunia. Dalam waktu singkat, produk ini juga bisa menyebar ke 54 negara. Bisnis yang mulanya untuk memenuhi perlawanan ideologis ini kemudian berkembang pesat.


Tawfik kemudian memindahkan pusat bisnisnya dari Prancis ke Dubai. Di tempat ini dia membangun kompleks industri yang cukup besar. Hingga akhir tahun 2000-an ini, produk Mecca Cola masih memikat hati banyak kalangan terutama umat Muslim.

Sumber

Tahukah Kamu?
Jika kita kehilangan satu mata, kita akan kehilangan 1/5 dari pengelihatan kita dan kehilangan seluruh persepsi tentang kedalaman objek.