Suka atau tidak, citra Indonesia yang tercatat sebagai "negara gagal", memang telah membahana ke seluruh warga dunia. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, publikasi Indeks Negara Gagal (Failed State Indeks/FSI) 2012 yang memposisikan Indonesia di urutan ke 63 dari 178 negara, pasti akan melahirkan beragam macam tanggapan. Sebagai bangsa yang berdaulat, tentu kita tidak pantas hanya berdiam diri sambil manggut-manggut kepala dalam menyikapi penilaian yang memalukan tersebut. Indonesia bukanlah "bangsa tempe", sehingga dengan seenak jidat dapat dinilai menjadi apa saja.
Sejak Indonesia merdeka 67 tahun silam, sebetulnya banyak hal yang membuat warga dunia sempat terbelalak melihat kisah sukses yang diraihnya. Salah satunya adalah keberhasilan bangsa Indonesia dalam mewujudkan swasembada beras pada tahun 1984 lalu. Prestasi ini bukanlah sebuah hadiah cuma-cuma dari Badan Pangan Dunia (FAO), tapi lebih merupakan perjuangan kaum tani bersama-sama Pemerintah
dalam mengeksiskan diri selaku bangsa yang memiliki karakter dan kemampuan, sekaligus juga memberi bukti kepada dunia bahwa kita bukanlah bangsa tempe.
Bangga menjadi sebuah bangsa, memang harus dijadikan kebijakan yang sangat penting oleh siapapun yang diberi amanah untuk mengelola negara dan bangsa Indonesia ini. Rasa bangga ini, jelas harus selalu dihangatkan dan digaungkan dalam berbagai kesempatan. Kita tidak boleh merasa rendah diri dan mau digolongkan ke dalam deretan bangsa pecundang. Sebagai bangsa, kita harus selalu bangga dengan kekuatan idealisme, nasionalisme dan patriotisme yang selama ini memberi ruh dalam menggapai cita-cita bangsa sebagaimana yang dituangkan dalam Alenia ke empat Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Itu sebabnya, sekali ada terpaan yang seolah-olah merendahkan martabat bangsa, maka sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk membelanya. Kita harus buktikan bahwa Indonesia bukanlah tipikal bangsa yang digitalis, sehingga dengan semau-maunya diibaratkan dengan angka-angka yang berada dalam sebuah kalkulator. Kita juga bukan bangsa yang tidak memiliki tanggungjawab dan harga diri. Namun dengan membangun jiwa kebersamaan, maka kita tampilkan jati diri bangsa yang benar-benar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan yang melekat dalam setiap nurani warga bangsanya.
Bila selama ini masih ada diantara kita yang meragukan kemampuan selaku bangsa, maka boleh jadi hal ini dikarenakan "kegagalan" Pemerintah dalam membangun karakter selaku bangsa yang merdeka dan berdaulat. Oleh karena itu, selain Pemerintah tampak serius dalam memerangi korupsi, mestinya Pemerintah pun jangan pernah merasa bosan untuk terus menerus membangun karakter bangsa. Ini penting direnungi, karena kita bukanlah bangsa tempe, yang dengan sesuka hati dapat dicap sebagai bangsa apa saja. Kita buktikan ke pentas dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang benar-benar memiliki kekuatan besar dalam memelihara ketertiban dan perdamaian dunia yang abadi.
Sumber
Tahukah Kamu?
Orang kebanyak yang menderita ketakutan pada ruang terbuka (kenophobia) daripada ketakukan pada ruang tertutup (claustrophobia).